Prestasi belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar diri individu. Menurut Suryabrata secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (1) internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang meliputi factor fisiologis dan faktor psikologis, dan (2) eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, yang meliputi faktor sosial dan faktor non sosial.29 Faktor fisiologis berasal dari keadaan jasmani diri individu itu sendiri, biasaanya berhubungan erat dengan fungsi- fungsi fisik misalnya kesehatan, panca indra, dan lain- lain. Faktor psikologis berhubungan erat dengan hal- hal yang bersifat psikis misalnya motivasi, minat, bakat, dan kemampuan kognitif. Faktor sosial yang dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Faktor non-sosial boleh dikatakan tidak terbilang jumlahnya, sebagai contoh antara lain yaitu keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, dan alat-alat yang dipergunakan untuk belajar.
Menurut Winkel berhasil baik atau tidaknya belajar, tergantung kepada bermacam- macam faktor yaitu:
Karakteristik siswa Karakteristik siswa yang mencakup karakteristik psikis dan fisik. Karakteristik psikis terdiri dari kemampuan intelektual baik inteligensi maupun kemampuan non inteligensi. Kemampuan non inteligensi tersebut meliputi motivasi belajar, sikap, kebiasaan belajar, minat, perhatian, bakat, dan kondisi psikis seperti pengamatan, fantasi. Sedangkan persepsi karakteristik fisik termasuk keadaan indera dan kondisi fisik pada umumnya seperti kesehatan, gizi dan kelelahan.
- Pengajar. Faktor pengajar meliputi pengetahuan tentang materi pelajaran, ketrampilan mengajar, minat, motivasi, sikap, perhatian, kesehatan dan kondisi fisik pada umumnya.
- Bahan atau materi yang akan dipelajari. Bahan atau materi yang dipelajari adalah jenis materi, jenis tingkat kesukaran dan kompleksitas.
- Media pengajaran. Media pengajaran terdiri dari media yang dipergunakan, kualitas media yang dipakai, dan pemakaian media pengajaran.
- Karakteristik fisik sekolah seperti gedung dan fasilitas belajar.
- Faktor lingkungan dan situasi meliputi lingkungan alami seperti suhu, kelembaban udara, keadaan musim dan iklim.
Slameto mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Berikut ini uraian penjelasan secara garis besar dari masing- masing faktor tersebut.
- Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern ini dapat dibagi lagi menjadi tiga faktor yakni: Faktor jasmaniah, factor psikologis, dan faktor kelelahan.
- Faktor jasmani. Faktor jasmaniah terbagi menjadi dua, yakni: faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Sedangkan cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh,misalnya : buta, tuli, dan lain- lain.
- Faktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor faktor tersebut adalah:
- Inteligensi. Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep konsep yang abstrak, secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Pendapat ini didukung dengan penelitian Spiegel dan Bryant, yang menyatakan siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi akan lebih mudah dan cepat dalam mengelola informasi tinggi atau tugas-tugas yang diberikan. Hasil penelitian Gettinger dan White menunjukkan hubungan antarainteligensi dan prestasi belajar berkisar antara 0,56 sampai 0,76.33 Kirbay dan Das, menyatakan bahwa inteligensi yang sifatnya nonverbal berkorelasi positif dengan prestasi belajar.34 Berbeda dengan Cherniss dalam penelitiannya mengatakan sebaliknya, bahwa dalam dunia kerja IQ bukan prediktor utama dalam memprediksikan performansi karyawan.35 Hunter dan Hunter (dalam Cherniss, memperkirakan IQ hanya menyumbang sekitar empat sampai sepuluh persen terhadap kinerja karyawan.
- Perhatian. Seorang siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Maka dari itu usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakat siswa.
- Minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang (dalam waktu lama). Berbeda dengan perhatian, minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasaan.
- Bakat. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat dibidang itu.
- Motif. Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif yang kuat sangatlah perlu didalam belajar, didalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan- latihan atau kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat.
- Kematangan. Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan- latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).
- Kesiapan. Kesiapan adalah kesedian untuk memberi response atau bereaksi. Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
- Faktor kelelahan. Kelelahan dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani dapat disebabkan oleh aktivitas siswa yang terlalu banyak, sehingga menyebabkan siswa jatuh sakit. Sedangkan kelelahan rohani, dapat terjadi pada siswa, karena siswa mengalami berbagai masalah sehingga menjadi beban pikirannya.
- Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri individu yang sedang belajar. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat di kelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
- Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua dan latar belakang budaya. Cara orangtua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar sianak. Pola asuh orangtua yang terbaik dalam mengasuh anak adalah dengan penuh bijaksana. Orangtua yang bijaksana adalah orangtua yang tahu mempergunakan situasi dan kondisi untuk mendidik anak. Orangtua yang demikian adalah orangtua yang mampu bersikap dominan atau membebaskan anak sesuai dengan situasi dan kondisi anak tersebut. Orangtua harus mampu menciptakan hubungan yang harmonis yang memberikan keamanan dan kebebasan psikologis bagi anak untuk berprestasi. Didalam menumbuhkan motivasi belajar anak sehingga dapat menunjang prestasi belajar di sekolah, orangtua harus mampu menanamkan kepercayaan diri kepada anak bahwa mampu berprestasi, dan selanjutnya orangtua harus mampu menghargai apapun prestasi yang
dicapai anak.
Untuk itu orangtua harus mengenali dahulu sifat, perilaku, kebutuhan dan kebiasaan anak. Orangtua harus selalu mengadakan komunikasi dengan anaknya sehingga orangtua akan benar-benar mengerti apa yang diinginkan oleh anaknya dan sebaliknya, anakpun mengetahui apa yang diharapkan orangtua darinya. Tentunya hal ini memerlukan kematangan pribadi dari orangtua. Apabila orangtua telah berhasil menanamkan rasa percaya diri dan mampu menerima anak sesuai dengan keadaan anak tersebut, maka hal kedua yang harus dilakukan orangtua adalah memberikan dukungan dari segi teknis belajar pada anak. Orangtua harus mendorong anak untuk selalu menyukai pelajarannya, dan memberikan bimbingan belajar yang efektif serta efisien bagi anak. Setelah anakmenyukai pelajarannya dan dapat belajar secara efektif, maka anak akan termotivasi untuk berprestasi dibidang pelajaran tersebut.
Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting dalam belajar. Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Di dalam suasana rumah yang tenang dan tenteram selain anak kerasan atau betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
Menurut Haapasalo dan Tremblay , keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan remaja dalam mengenal dunia luar. Kondisi keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Beberapa kondisi keluarga yang mempengaruhi munculnya kenakalan remaja adalah dukungan orang tua, pola asuh, dan kontrol yang longgar. Hal tersebut meliputi pengawasan anak, disiplin keluarga, pendidikan yang berkaitan dengan pemecahan masalah, dan perhatian terhadap aspek keterampilan sosial anak. Ini juga menunjukkan bahwa pola asuh orang tua dalam mendidik anak dapat menjadi sebab munculnya tindakan menyimpang yang dilakukan remaja. - Faktor sekolah.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran, sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas. Selain itu juga sikap guru terhadap siswa dan terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran ataupun gurunya dan akibatnya siswa malas untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. Sejalan dengan pendapat
tersebut Darling-Hammond mengatakan bahwa kualifikasi guru memegang peranan penting dalam prestasi belajar siswa. Bagaimana siswa belajar sangat ditentukan oleh kualifikasi seorang guru.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaranhal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang efektif akan meningkatkan prestasi belajar siswa, dan juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terusmenerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. - Faktor masyarakat.
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, belajarnya akan terganggu, lebih- lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan itu misalnya kursus bahasa inggris, kelompok diskusi dan lain sebagainya. Menurut Wentzel (1998) dalam dunia pendidikan hubungan interpersonal memiliki hubungan positif dengan prestasi akademik dan minat terhadap kegiatan akademik.
Selain hal-hal tersebut, kebiasaan belajar dan pengisian waktu luang adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam kemajuan dan juga menurunya prestasi belajar. Siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang efektif dan pengisian waktu luang yang bermanfaat akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
Faktor-faktor yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tersebut di atas sangat besar pengaruhnya dalam prestasi belajar, karena prestasi belajar yang dicapai seorang siswa merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar diri siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan dari luar diri (eksternal) individu yang belajar. Dengan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para tokoh mengenai faktor- faktor prestasi belajar, maka penelitian ini dispesifikasikan faktor penunjang prestasi belajar pada faktor internal yaitu kebiasaan belajar dan pengisian waktu luang.
Literatur
Suryabrata, S .1984. Pembimbing ke Psikodiagnostik. Edisi II. Yogyakarta : Raka Press.
Winkel, W.S. 1991. Psikologi pengajaran.. Jakarta : P.T. Gramedia
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
Spiegel, M.R, & Bryant, D.N. 1978. Is Speed Of Processing Information Related To Intelligence and Achievement. Journal of Educational Psychology. 70, 904- 915.
Gettinger, M. and White, M.A. 1979. Which Is The Stronger Correlate of School Learning Time Learn of Measured Intelligence. Journal of Educational Psychology. 71(4). 405-412
Kirbay, J.R and Das, J.P. 1977. Reading Achievement, IQ, and Simultaneous, Successive Processing. Journal Of Educational Psychology. 69. 564-570
Cherniss, C. 2000. Emotional Intelligence : What it is and why it matters. Paper Prenseted At The Annual Meeting Of the society for Industrial And Organizational Psychology, New Orleans, 2A. 15 april. www.eiconsortium.org
Wolters, C.A. 1998. Self-Regulated and College Students’ Regulation of Motivation. Journal of Educational Psychology. 90, 224-235
Haapasalo, J., and Tremblay, R.E. 1994. Physically Aggressive Boys From Ages 6 to 12 : Family background, Parenting Behavior, and Prediction of delinguency. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 62, 1044-1052.
Kaplan, L.S. and Owing,W.A. 2001. Teacher Quality and Student Achievement :Recommendations For Principals. http://www.nctg.org/issues/principls.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar