Rabu, 15 Juni 2011

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukkan Konsep Diri

Konsep diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan dibentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Setiap individu itu akan menerima tanggapan-tanggapan. Tanggapan tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin menilai dan memandang dirinya.
Orang yang pertama kali dikenal oleh individu adalah orang tua dan anggota yang ada dalam keluarga. Setelah individu mampu melepaskan diri dari ketergantungannya dengan keluarga, ia akan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas sehingga akan membentuk suatu gambaran diri dalam individu tersebut. Terbentuknya konsep diri seseorang berasal dari interaksinya dengan orang lain GH Mead (Clara R Pudijogyanti, 1995: 12) mengatakan bahwa:
Konsep diri merupakan produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya yang diterima dari orang-orang penting disekitarnya.
Individu semenjak lahir dan mulai tumbuh mula-mula mengenal dirinya dengan mengenal dahulu orang lain. Saat kita masih kecil, orang penting yang berada disekitar kita adalah orang tua dan saudara-saudara. Bagaimana orang lain mengenal kita, akan membentuk konsep diri kita, konsep diri dapat terbentuk karena berbagai faktor baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut menjadi lebih spesifik lagi dan akan berkaitan erat sekali dengan konsep diri yang akan dikembangkan oleh individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri tersebut yaitu:
  1. Keadaan fisik. Keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu dalam menumbuhkan konsep dirinya. Individu yang memiliki cacat tubuh cenderung memiliki kelemahan-kelemahan tertentu dalam memandang keadaan dirinya, seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga dan perasaan ganjil karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain.
  2. Kondisi keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam membentuk konsep diri anak. Perlakuanperlakuan yang diberikan orang tua terhadap anak akan membekas hingga anak menjelang dewasa dan membawa pengaruh terhadap konsep diri anak baik konsep diri ke arah positif atau ke arah negatif. Cooper Smith dalam Clara R Pudjijogyanti (1995: 30-31) menjelaskan bahwa kondisi keluarga yang buruk dapat menyebabkan konsep diri yang rendah. Yang dimaksud dengan kondisi keluarga yang buruk adalah tidak adanya pengertian antara orang tua dan anak, tidak adanya keserasian hubungan antara ayah dan ibu, orang tua yang menikah lagi, serta kurangnya sikap menerima dari orang tua terhadap keberadaan anak-anak. Sedangkan kondisi keluarga yang baik dapat ditandai dengan adanya intregitas dan tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari anggota keluarga. Adanya kondisi semacam itu menyebabkan anak memandang orang tua sebagai figur yang berhasil dan menganggap orang tua dapat dipercaya sebagai tokoh yang dapat mendukung dirinya dalam memecahkan seluruh persoalan hidupnya. Jadi kondisi keluarga yang sehat dapat membuat anak menjadi lebih tegas, efektif, serta percaya diri dalam mengatasi masalah kehidupan dirinya sebagai pembentuk kepribadiannya.
  3. Reaksi orang lain terhadap individu. Dalam kehidupan sehari-hari, orang akan memandang individu sesuai dengan pola perilaku yang ditunjukkan individu itu sendiri. Harry Stack Sullivan (Jalaludin Rakhmat, 1996: 101) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan diri kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita cenderung akan membenci diri kita.
  4. Tuntutan orang tua terhadap anak. Pada umumnya orang tua selalu menuntut anak untuk menjadi individu yang sangat diharapkan oleh mereka. Tuntutan yang dirasakan anak akan dianggap sebagai tekanan dan hambatan jika tuntutan tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi oleh anak. Selain itu sikap orang tua yang berlebihan dalam melindungi anak akan menyebabkan anak tidak dapat berkembang dan mengakibatkan anak menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki konsep diri yang rendah.
  5. Jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi. Konsep diri dapat dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Clara R Pudjijogyanti (1995: 29) memberikan pendapatnya melalui penelitian-penelitian para ahli bahwa berbagai hasil penelitian yang dilakukan tersebut membuktikan bahwa kelompok ras minoritas dan kelompok sosial ekonomi rendah cenderung mempunyai konsep diri yang rendah dibandingkan dengan kelompok ras mayoritas dan kelompok sosial ekonomi tinggi, selain itu untuk jenis kelamin terdapat perbedaan konsep diri antara perempuan dan laki-laki. Perempuan mempunyai sumber konsep diri yang bersumber dari keadaan fisik dan popularitas dirinya, sedangkan konsep diri laki-laki bersumber dari agresifitas dan kekuatan dirinya. Dengan kata lain, wanita akan bersandar pada citra kewanitaannya dan laki-laki akan bersandar pada citra kelaki-lakiannya dalam membentuk konsep dirinya masing-masing.
  6. Keberhasilan dan kegagalan. Konsep diri dapat juga dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan yang telah dialaminya. Keberhasilan dan kegagalan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya dan ini berarti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep dirinya. Keberhasilan akan mewujudkan suatu perasaan bangga dan puas akan hasil yang telah dicapai dan sebaliknya rasa frustasi bila menjadi gagal.
  7. Orang-orang yang dekat dengan kita. Tidak semua individu mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita, yaitu yang disebut significant others, yaitu orang lain yang sangat penting. Mereka adalah orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Dari mereka secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri secara positif. Tetapi ejekan, cemoohan, hardikan membuat kita menilai memandang diri secara negatif.


Dalam dimensi perkembangan, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita. Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran dan menyentuh kita secara emosional. Ketika kita tumbuh dewasa kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengan kita. Pandangan diri kita tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap kita disebut “generalized others”. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, daapt disimpulkan bahwa konsep diri tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu faktor dari dalam individu itu sendiri seperti keadaan fisik, keadaan keluarga, persepsi orang terhadap diri kita, tuntutan orang tua terhadap anak, orang-orang yang dekat dalam lingkungan kita, dan persepsinya terhadap keberhasilan dan kegagalan.

Literature

Rakhmat Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung, 1996, Remaja Rosdakarya

Pudjijogyanti, Clara R. 1995. Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta: PT Arcan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar