Saat kita mengalami suatu tekanan, maka stres kerja akan nampak melanda seseorang sehingga akan mengakibatkan timbulnya dampak-dampak negatif yang sangat bergantung pada tiap masing-masing individu dalam memandang stres kerja dan usaha dalam mengatasinya. Apabila tidak dapat mengatasinya, maka akan menimbulkan dampak yang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis individu maupun prilaku.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Holmes dan Rahe atas 80 resisten di negara Seatle USA selam dua tahun, disimpulkan sebagai berikut:
- 86 % orang mendapa skor di atas 300 dalam satu periode 1 tahun, mendapat sakit berat.
- 48 % orang mendapat skor antara 150-300 menjadi sakit.
- 33 % dari mereka mendapat skor kurang dari 150, mengalami perubahan dalam kesehatan mereka (Latting, 2002 : 2).
Cooper dan Strow (dalam Umar 2001: 2). Stres kerja dapat menimbulkan gejala lingkungan, gejala ditempat kerja dan tingkah laku.
Mengenai dampak yang terjadi sebagai akibat stres kerja pada seseorang, Siagian (1995: 300) mengatakan bahwa stres kerja yang menampakan dirinya dalam berbagai bentuk seperti tekanan darah tinggi, mudah tersinggung, sukar mengambil keputusan yang sederhana sekalipun, kehilangan nafsu makan, cenderung mengalami kecelakaan kerja dan berbagai bentuk lainnya.
Untuk mengurangi dampak yang terjadi sebagai akibat dari stress relaksasi merupakan aspek penting dalam manajemen stres, karena itu, para ahli meyakinkan bahwa teori-teori relaksasi sangat bermanfaat bila dapat dipraktekan dalam kehidupan mereka yang stres kerja. Sedangkan para pengembang teori relaksasi mengatakan bahwa relaksasi adalah sebuah cara
efektif untuk mengembalikan dan memperoleh ketenangan kondisi lingkungan yang santai.
Ada empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu dukungan social (social support), meditasi (meditation), biofeedback, dan program kesehatan pribadi (personal wellness programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat Keith Davis & John W. Newstrom, (dalam Mangkunegara, 2002: 157-158)
Tabel berikut ini menyajikan dua pendekatan dalam mengelola stres kerja.
Pendapat lain mengungkapkan, bahwa ada tiga komponen yang digunakan dalam mengendalikan atau mengelola stres kerja, yaitu: (Suroto, 2001: 148- 151).
- Logika, Logika yang digunakan disebut logika timbangan, kalau sebelah kiri (keinginan) lebih berat dari yang kanan (realitas, maka ada tiga pilihan yang mungkin dilakukan.
a) Realitasnya ditambah atau dibuat sesuai dengan keinginannya.
b) Keinginan yang diubah atau dikurangi, agar seimbang dengan realitasnya.
c) Kompromi, realitas diupayakan semaksimum mungkin dan keinginannya disesuaikan dengan realitas yang bisa diupayakan.
- Sikap-sikap yang mendasar semua tingkah laku agar bisa mengendalikan (menghindari, mencegah, mengatasi stres kerja).
a) Sikap utama: iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap cinta kasih, realitas, objektif, positif, dan konstruktif.
b) Sikap penting antara lain: optimistis, pemurah, bersahaja, sabar, serius serta santai.
- Teknik pengendalian stres kerja
a) Rasa panik dihilangkan dengan jalan memperkirakan atau mengantisipasi akibat buruk dalam mengambil sikap
b) Rasa iri dibalik dengan kompensasi menjadi aspirasi positif
c) Rasa benci dihilangkan dengan mencari kebaikan objek atau kelebihan dan unsur positif dari objek
d) Kalau kita yang dibenci, jangan kita bereaksi, anggaplah tidak ada apaapa meskipun waspada
e) Amarah dicegah dengan mencari, memahami dan menerima baik penyebabnya.
f) Kesedihan diatasi dengan tiga langkah.
1) Bersikap reality, menerima kasusnya sebagai realitas yang tidak bias Dihindari
2) Melupakan kesedihan dengan mengisi seluruh waktu dengan mencari kesibukan.
3) Rasa takut dihadapi dengan cara: menyakinkan diri, mengakui kekurangan atau kelemahan yang terdapat dalam diri kita, rasa kecewa kita atasi dengan keikhlasan dan kesabaran.
Gejala stres kerja dapat menimbulkan dampak negatif yang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis apabila tidak dapat mengatasinya. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolahan untuk pengendalian stres kerja diantaranya relaksasi karena relaksasi merupakan cara efektif untuk mengembalikan dan memperoleh kondisi yang tenang dan sikap yang utama dalam pengendalian stres yaitu dengan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Refrensi:
Siagian Sondak. (1995), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT.Rosda Karya
Munandar, Ashar S. (2001). Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta : UI Press.
Robbins, Stephen P. (1999), Prilaku Organisasi, Edisi 2, Jakarta: Prehallindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar